Jumat, 23 Desember 2011

Sinopsis "Ketika Embun dalam Senja"

Sebuah kegagalan itu sangat membuat perih hati tetapi itu akan menjadi berharga sebab proses yang telah dilewati itu merupakan pembelajaran yang terbaik. Itulah yang dialami oleh sebuah keluarga yang tinggal di pinggiran kota. Usaha Batik yang dipimpin oleh bu Rita tiba-tiba gulung tikar tetapi tidak semata-mata melumpuhkan keuangan keluarga mereka karena suaminya, pak Putra, juga memiliki pekerjaan sendiri. Bu Rita dan pak Putra dikaruniai sepasang anak, yaitu Senja dan Embun. Selisih usia Senja dan Embun tidak terlalu jauh sehingga membuat mereka nyaman satu sama lain. Kehidupan sederhana yang dijalani keluarga mereka, tidak membuat Embun iri dengan teman-teman di sekolahnya yang sebagian besar hidup berkecukupan. Hidup seperti ini saja Embun merasa bahagia karena selama ini apa yang telah diberikan oleh orang tuanya sudah lebih dari cukup. Ketika Embun berseragam putih biru, usaha bu Rita semakin membaik dan alhasil membuat kehidupan mereka semakin terangkat. Dan kini, penghasilan bu Rita melebihi penghasilan yang didapatkan oleh suaminya, bahkan berlipat ganda. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah bagi keluarga mereka karena siapapun yang berpenghasilan lebih besar merupakan jalan keluar untuk kehidupan mereka.
Kebersamaan Embun dan Senja sangat membuat orang tuanya bangga, tapi itu dulu ketika mereka masih tinggal dalam satu atap. Karena kebersamaan itu hilang ketika Senja memilih untuk pindah sekolah ke daerah Jawa, di sana ia tinggal bersama pamannya.  Embun sangat merasa kehilangan kakaknya sebab tidak ada lagi kakak yang biasanya menemani ia di saat orang tua mereka sibuk dengan pekerjaannya. Semenjak kepergian Senja, Embun melampiaskan kesedihannya dengan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan. Selain itu, Embun berteman dengan orang-orang yang suka berfoya-foya, sering bolos sekolah, dan pulang larut malam. Suatu ketika ia ditegur oleh ayahnya karena sikap Embun yang belakangan ini sangat tidak baik tetapi teguran itu diacuhkan oleh Embun. Tingkah laku Embun semakin lama semakin menjadi. Hal tersebut membuat orang tuanya heran dengan sikap Embun. Kemudian orang tuanya memberikan nasihat pada Embun agar ia bisa merubah sikapnya. Dan dengan adanya sebuah acara di sekolah, Embun merasa bahwa selama ini ia telah berbuat salah dan telah mengecewakan orang tuanya.
Komunikasi Embun dan Senja mulai berkurang dari biasanya sebab Senja sepertinya terlalu sibuk dengan dunianya dan itu membuat Embun berpikir bahwa kakaknya telah berubah. Embun kembali merasa kesepian. Pak Putra berusaha menemani Embun dengan mengajak jalan-jalan karena hanya ayahnya yang memiliki waktu yang lebih dari pada ibunya. Kesepian Embun mulai terobati walau tidak sepenuhnya. Hidup Embun mulai dipenuhi senyuman setelah sekian lama hilang oleh waktu.
            Selain itu, Embun melewati hari-hari bersama diary kecil yang selalu menemaninya. Apapun peristiwa yang ia alami, selalu ia curahkan ke dalam diary mini itu. Bagaimana perasaannya ketika tidak ada orang tua di sampingnya atau kerinduan yang dirasakannya terhadap Senja. Hari semakin berganti. Dan kini Embun memasuki dunia baru, dunianya anak kuliahan. Suasana di kampus awalnya cukup menyenangkan karena banyak teman-teman dari berbagai daerah berada di sekitar Embun, salah satu diantaranya yaitu Fian. Embun dan Fian pertama kali bertemu dan berkenalan ketika ospek universitas karena mereka berada dalam satu gugus. Begitu juga pada ospek fakultas dan jurusan. Perkenalan itu berlanjut dalam pertemuan di ruang kuliah karena ternyata mereka satu kelas. Hal itulah yang membuat Embun dan Fian menjadi sangat akrab. Keberadaan Fian membuat rasa sepi Embun sedikit memudar. Selain Fian, Embun juga menemukan seorang Ica, ia teman kuliah Embun tetapi tidak sama jurusannya.
            Ketika liburan semester, Embun bersama orang tuanya pergi mengunjungi Senja. Hati Embun bahagia sekali. Fian juga ikut bersama mereka tetapi Ica tidak bisa ikut karena ia ingin berlibur bersama keponakannya. Ketika Embun dan Senja bertemu, Embun merasa yang berhadapan dengannya bukanlah kakaknya yang dulu. Sikap Senja memang agak berubah dan itu membuat Embun bersedih hati. Embun tidak mengerti kenapa kakaknya bisa bersikap dingin. Terlebih lagi, tatapan Senja terhadap Fian sangat tidak ramah. Embun heran, mengapa kakaknya bersikap seperti itu pada Fian. Banyak pertanyaan berserakan di hati Embun.
            Pertanyaan yang berserakan itu mulai dikumpulkan dan Embun berusaha mencari jawaban atas semua pertanyaannya itu. Kenapa Senja bersikap dingin ketika mereka dipertemukan? Bukankah seharusnya menjadi pertemuan yang mengharukan? Mengapa sikap kakaknya tidak ramah terhadap Fian? Apa mereka sudah kenal satu sama lain? Lantas apa yang menjadi penyebab dari semua ini? Embun mulai berpetualang dengan caranya sendiri untuk menemukan apa yang terjadi sebenarnya. Dalam petualangan, Embun menemukan berbagai hal yang mengajarkan ia untuk bersikap dewasa.